Hanbok

Sepertinya hal yang kontradiktif bahwa sebuah tradisi bertahan dalam masyarakat yang dinamis bergerak mengikuti-bahkan kalau bisa mendahului-zaman. Namun, di Korea, ...

tampaknya modernitas bukannya berarti tanpa yang tradisi. Kebudayaan yang ratusan, bahkan ribuan tahun, mampu bertahan walau mengalami perubahan.
Ini yang terjadi pada hanbok, pakaian tradisional Korea. Walau pakaian model Barat adalah yang umum digunakan dalam kehidupan modern ini, hanbok masih dipakai, terutama pada hari-hari raya dan acara-acara seperti perkawinan. Pada hari Chusok, Hari Bersyukur Korea, bahkan di jalan-jalan Kota Seoul pun banyak orang memakai baju tradisional itu.
“Dulu banyak orang membuat hanbok untuk Chusok. Sekarang tidak lagi karena mereka memilih untuk menyewa,” kata Seo Sun-hee, wanita pemilik toko hanbok di lantai tujuh pertokoan Doosan Tower, Pasar Dongdaemun, Seoul. Bukan berarti tokonya sepi pembeli. “Ini bisnis yang baik walau permintaan menurun dibanding dulu,” kata perempuan yang anak sulungnya kelas 2 SMP itu.
Pelanggan datang untuk membuatkan pakaian perkawinan. Ini berarti pakaian untuk kedua mempelai dan ibu mereka masing-masing. Dengan memperlihatkan sebuah hanbok pesanan yang telah jadi, perempuan cantik itu menjelaskan bahwa pengantin perempuan biasanya memakai chima (rok panjang berlipit-lipit) warna merah, dan jeogori (jaket pendek semacam bolero) warna hijau.
Pengantin pria bebas memilih warna celana panjang dan jaket bertalinya. Keduanya masih memakai jubah lagi. Warna jubah perempuan disesuaikan dengan warna pilihan baju pasangannya. Ibu mempelai lelaki memakai warna kehijauan, sedangkan calon besannya dalam nuansa merah.
Ini tak jauh berbeda dari aturan yang telah ada sejak masa Dinasti Joseon pada abad ke-15. Waktu itu para gadis memakai chima merah dan jeogori kuning. Pada waktu pesta perkawinan yang dilanjutkan dengan acara menghormat orangtua dan mertua, perempuan dari kelas bangsawan telah memakai warna merah dan hijau itu. Warna-warna pada pakaian tradisional korea yang semarak memang sesuatu yag unik dan dimaksudkan untuk menghalangi roh jahat.
Bentuk hanbok yang sekarang dipakai, dipolakan pada masa Dinasti Joseon yang berdasarkan Konfusianisme pada abad ke-15. Namun, dasarnya sudah ada sejak masa Tiga Kerajaan (57 SM-668 M). Di Kerajaan Silla tahun 648, pakaian semacam itu telah dipakai oleh perempuan bangsawan, juga pada masa Dinasti Goryeo (nama yang kemudian menjadi Korea) setelah itu.
Model bagi perempuan yang sejak masa Dinasti Joseon dan berlaku sampai sekarang adalah gabungan chima dan jeogori, yang ditutup dengan pita satu sisi itu. Kelihatannya pakaian itu tampak nyaman karena lebar leluasa sambil tetap menampilkan keindahan bentuk leher dan lengkung bahu perempuan.
Namun, perempuan zaman sekarang sudah jarang memakai pakaian itu sehari-hari karena harus sedikit menderita mengenakannya. Rok lebar berlipit itu bentuknya bagai sehelai kain, dililitkan di atas dada, lalu diikat keras-keras meratakan dada. Itu, kata perempuan yang selalu mengenakan hanbok dalam melayani pelanggan itu, kadang membuat sesak.
Untuk upacara perkawinan, perempuan Korea masa kini menggabungkan yang tradisional dan yang “modern”. Untuk acara pertunangan, mereka mengenakan hanbok warna merah muda, sedangkan untuk upacara perkawinan, hanbok merah-hijau itu ditambah pakaian pengantin model barat untuk acara berfoto berdua.
Setiap pasangan memesan minimal enam hanbok, dua untuk mempelai perempuan, dua untuk lelaki, dan dua untuk masing-masing ibu. Harga satu set dari bahan sutra antara 250.000 sampai 400.000 won, atau minimal Rp 2 juta. Yang bahan poliester antara 100.000 sampai 200.000 won, dan biasanya dipakai oleh mereka yang merayakan ulang tahun perkawinan ke-60.
Pembuatan makan waktu satu minggu sampai satu bulan, kata Sun-hee yang punya lima penjahit di rumahnya itu, tergantung ramai-tidaknya pesanan. Masa ramai pemesanan adalah dari Agustus sampai April karena cuaca musim panas terlalu panas untuk acara perkawinan.
Baca Selengkapnya..

posted under | 0 Comments

Yang Unik dan Menarik di Jepang (bagi orang Indonesia)


• Di Jepang, angka “4″ dan “9″ tidak disukai, sehingga sering tidak ada nomer kamar “4″ dan “9″. “4″ dibaca “shi” yang sama bunyinya dengan yang berarti ...

“mati”, sedang “9″ dibaca “ku”, yang sama bunyinya dengan yang berarti “kurushii/sengsara”
• Orang Jepang menyukai angka “8″. Harga-harga barang kebanyakan berakhiran “8″. Susu misalnya 198 yen. Tapi karena aturan sekarang ini mengharuskan harga barang yang dicantumkan sudah harus memasukkan pajak, jadi mungkin kebiasaan ini akan hilang. (Pasar = Yaoya = tulisan kanjinya berbunyi happyaku-ya atau toko 800)
• Kalau musim panas, drama di TV seringkali menampilkan hal-hal yang seram (hantu)
• Drama detektif di TV, bunyi sirene (kyukyusha) biasanya muncul pada menit-menit awal. Di akhir cerita, sebelum perkelahian mati-matian biasanya penjahat selalu menceritakan semua rahasia kejahatannya.
• Cara baca tulisan Jepang ada dua style : yang sama dengan buku berhuruf Roman alphabet huruf dibaca dari atas ke bawah, dan yang kedua adalah dari kolom paling kanan ke arah kiri. Sehingga bagian depan dan belakang buku berlawanan dengan buku Roman alphabet (halaman muka berada di “bagian belakang”).
• Kita (orang Indonesia) dan rekan-rekan dari Asia Tenggara lainnya umumnya kalau jiko-shokai (memperkenalkan diri) sering memulai dengan “minasan, konnichiwa” atau “minasan, konbanwa”. Mungkin ini karena kebiasaan bahasa Indonesia untuk selalu memulai pidato dengan ucapan selamat malam, dsb. Tapi untuk pendengaran orang Jepang, rasanya janggal, karena mirip siaran berita di TV. Seharusnya dimulai dengan langsung menyebut nama dan afiliasi. Misalnya “Tanaka ken M1 no Anto desu….dst.”, tidak perlu dengan “Minasan..konnichiwa…”.
• Kesulitan pertama yang muncul dalam urusan administratif di Jepang, kalau ditanya : “family name anda apa ? “, karena kita tidak ada keharusan di Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara untuk mencantumkan family name.
• Kalau kita memperoleh undangan yang meminta konfirmasi hadir atau tidak, biasanya kita harus mengirimkan balik kartu pos. Salah satu manner adalah mencoret huruf 御 pada pilihan : 御欠席 /出席. Juga mencoret akhiran 様 pada nama kita yang tercantum sebagai pengirim pada kartupos tersebut. Ini adalah adat Jepang, agar kita selalu rendah hati, yang ditunjukkan dengan menghindari/mencoret 御 dan 様 pada kartu pos balasan.
• Kalau kita membubuhkan tanda tangan, kadang akan ditanya orang Jepang : ini bacanya bagaimana ? Kalau di Jepang saat diperlukan tanda tangan (misalnya di paspor, dsb.) umumnya menuliskan nama mereka dalam huruf Kanji, sehingga bisa terbaca dengan jelas. Sedangkan kita biasanya membuat singkatan atau coretan sedemikian hingga tidak bisa ditiru/dibaca oleh orang lain.
• Acara TV di Jepang didominasi oleh masak memasak
• Fotocopy di Jepang self-service, sedangkan di Indonesia di-service.
Baca Selengkapnya..

posted under | 0 Comments

Festival-Festival di Jepang


Festival di Jepang merupakan acara tradisional yang berhubungan dengan perayaan tertentu. Beberapa festival mempunyai asal-usul dari festival yang juga awalnya ada di ...
China tetapi telah mengalami perubahan dramatis dengan tradisi lokal.

Beberapa malahan benar-benar berbeda yang tidak memiliki kemiripan dengan festival “aslinya” walaupun memiliki nama dan waktu yang sama. Terdapat pula beberapa festival lokal (seperti Tobata Gion) yang bahkan tidak diketahui di luar prefektur lain.

Masyarakat Jepang pada umumnya tidak merayakan Tahun Baru China~karena telah tergantikan oleh Tahun Baru Barat pada akhir abad 19~, tetapi warga China yang bertempat tinggal di Jepang masih merayakannya. Di Yokohama, terdapat pecinan terbesar di Jepang, dimana turis dari segala penjuru di Jepang datang untuk menikmati perayaan tersebut. Hal ini juga mirip dengan festival lampion di pecinan Nagasaki.

Festival biasanya terdiri dari satu atau dua acara utama, dengan stan-stan makanan, pertunjukan, permainan untuk membuat pengunjung tetap betah dan terhibur.

Matsuri

Matsuri berarti festival atau hari raya. Di Jepang, festival biasanya disponsori oleh kuil ataupun diadakan bukan yang bersifat kepercayaan. Biasanya setiap daerah memiliki setidaknya satu matsuri di akhir musim panas atau awal musim gugur, kadang berhubungan dengan panen.

Kita dapat menemukan stan-stan di sekitar matsuri yang menjual souvenir atau makanan seperti takoyaki, atau yang menyediakan permainan seperti menangkap ikan koki. Selain itu ada juga kontes karaoke, pertandingan sumo, dan hiburan-hiburan lain yang tersedia.

Berikut ini beberapa festival yang terkenal di Jepang


Festival Nasional
Seijin Shiki (Senin kedua di bulan Januari)
Coming of Age Day
Hinamatsuri (3 Maret)
Festival boneka ini mempunyai nama lain seperti Sangatsu Sekku (Festival Bulan 3), Momo Sekku (Festival Persik), Joshi no Sekku (Festival Gadis). Dikenal sebagai Festival Persik karena persik bersemi di awal musim semi dan disimbolkan sebagai keberanian dan kecantikan feminin. Anak perempuan memakai kimono terbaik mereka dan mengunjungi rumah temannya. Di rumah-rumah di tempatkan panggung berisi hina ningyo (boneka hina, sederet boneka yang mewakili kaisar, permaisuri, pelayan, dan musisi yang memakai pakaian kuno) dan sekeluarga merayakan dengan makanan spesial Hishimochi dan Shirozake.
Hanami (akhir bulan Maret hingga awal April)
Berbagai festival bunga diadakan oleh kuil Shinto selama bulan April. Darmawisata dan piknik dilakukan untuk menikmati bunga, terutama bunga Sakura. Di beberapa tempat, menikmati bunga diadakan berdasarkan hari-hari tertentu yang tetap. Even ini yang paling populer selama musim semi.
selama bulan April
Tanabata (7 Juli)
Disebut juga festival bintang. Aslinya berasal dari legenda China yang menceritakan dua bintang penenun (Vega) dan pengembala domba (Altair) dimana mereka berdua pasangan kekasih yang hanya dapat bertemu sekali dalam setahun pada malam ke-7 bulan ke-7 dimana tidak ada hujan dan banjir di Milky Way pada hari itu. Dinamakan Tanabata setelah gadis penenun dari legenda Jepang dipercayai dialah yang membuat baju untuk dewa-dewa. Warga Jepang biasanya menuliskan permohonan dan harapan asmara di selembar kertas berwarna dan menggantungkannya di ranting bambu bersamaan dengan ornamen-ornamen kecil.
Shichi-Go-San: festival untuk anak-anak berusia 3, 5, 7 tahun (15 November)
Anak laki-laki berusia lima tahun atau tujuh tahun serta anak perempuan berusia tiga tahun dibawa ke kuil setempat untuk berdoa demi keselamatan dan hidup yang sehat. Festival ini dilakukan karena ada kepercayaan bahwa anak-anak pada usia tertentu bisa mendapat kesialan sehingga diperlukan perlindungan. Anak-anak biasanya mengenakan pakaian tradisional untuk acaranya dan setelah mengunjungi kuil banyak orang membeli chitose-ame (permen seribu tahun) yang dijual di kuil.
O-misoka (31 December)
Masyarakat Jepang membersihkan rumah (Osoji) untuk menyambut tahun baru dan untuk menghilangkan pengaruh tidak baik. Banyak warga yang mengunjungi kuil Buddha untuk mendengarkan bel berbunyi sebanyak 108 kali ketika malam hari (joya no kane). Hal ini dilakukan untuk mengumumkan bahwa tahun lama telah dilewati dan tahun yang baru telah datang. Alasan kenapa dibunyikan 108 kali adalah karena penganut Buddha percaya manusia digoda 108 macam hasrat dan nafsu duniawi (bonno). Dengan tiap kali bunyi, satu hasrat dihilangkan. Menjadi adat juga bahwa memakan toshikoshi koba (mie melewati tahun) diharapkan bahwa seluruh keluarga mendapat keberuntungan layaknya sepanjang mie yang panjang.
Oshogatsu
(1-3 Januari, walaupun perayaan juga dilakukan selama bulan Januari)
Tahun Baru adalah even tahunan yang paling penting dan terperinci di Jepang. Sebelum Tahun Baru, rumah dibersihkan, hutang-hutang dibayarkan, dan osechi (makanan yang di baki untuk Tahun Baru) disiapkan ~atau dibeli. Osechi adalah makanan tradisional yang dipilih karena warna keberuntungan, bentuk, atau nama yang menarik dengan harapan untuk mendapatkan keberuntungan dalam berbagai segi kehidupan selama tahun yang baru. Rumah didekorasi dan hari libur dirayakan dengan berkumpulnya keluarga, mengunjungi kuil, dan menghubungi sanak famili dan sahabat. Hari pertama dari tahun (ganjitsu) biasanya
dilewatkan bersama keluarga.
Setsubun
Memasuki tiap musim (musim semi,musim panas,musim gugur,musim dingin)
Ennichi
Pekan raya kuil (hari raya yang berkaitan dengan Kami dan/atau Buddha).
Baca Selengkapnya..

posted under | 0 Comments

Harajuku Style


Begitu banyak bahasan tentang “HARAJUKU“, tetapi masih juga banyak orang yang ingin tahu seperti apa Harajuku Street dan harajuku style…

Harajuku adalah sebuah tempat yang terletak di Shibuya distrik kota, Tokyo, Japan. Masuk kedalam area loop line “Yamato Line”.
Harajuku terkenal sebagai pusatnya street fashion di Jepang. Selalu dipenuhi dengan pengunjung khususnya kaum remaja muda.
Salah satu kawasan fashion yang sangat menarik dengan harga yang relatif terjangkau di Harajuku adalah “Takeshita Dori“. Terletak tepat di depan Harajuku Station.
Street fashion disini artinya adalah sebuah gaya yang tidak beraturan, kontras satu sama lainnya. Contoh, menggunakan warna-warna yang tidak match, menggunakan sepasang kaos kaki yang berbeda warna dan motif, dan beberapa gaya lain yang saling bertabrakan.
Pada dasarnya gaya berpakaian di negeri sakura selalu disesuaikan dengan musim. Gaya berpakaian musim dingin dengan musim panas tentulah berbeda.
Ada beberapa GAYA di harajuku style, yaitu Cosplay, Yamanba, Lolita, Gongaru, dan sebagainya.
Yang pasti, di Takeshita Dori anda bisa menemukan berbagai macam baju dengan model terbaru, kwalitas yang bagus dan harga relatif lebih murah dibandingkan jika anda membeli di mall.
Tertarik ke Harajuku?
Anda bisa menggunakan kereta api dari TOKYO Station menuju ke Harajuku Station dengan “YAMANOTE LINE“, sekitar 15.2 Km dapat ditempuh dalam waktu 26 menit dengan biaya 190 yen.
Baca Selengkapnya..

posted under | 0 Comments

Dorayaki


Dorayaki, begitu kita membaca atau mendengar kata dorayaki tentu teingat dengan doraemon, hal ini juga terjadi pada saya, tadi pagi mendapat ‘kiriman’ kue dorayaki dari kekasih tercinta, begitu tahu ada dorayaki, langsung dimakan tidak cuma satu tapi dua biji (kalau doraemon malah makan sepiring yang bisa jadi lebih dari lima biji hehe..). Memang rasa kue dorayaki itu ...
lezat dan tak salah doraemon menggemarinya, tokoh kartun dari Jepang, yang dikenal bagi anak kecil hingga orang dewasa.
Kue kegemaran Japanese manga and anime character Doraemon ini adalah sejenis makanan Jepang sebagai hidangan pencuci mulut yang terdiri dari dua pancake kecil seperti roti dan pasta kacang merah manis. Pada awalnya Dorayaki hanya memiliki satu lapisan dan diciptakan oleh Ueno Usagiya pada tahun 1914.
Dalam bahasa Jepang, dora berarti “gong” (mungkin seperti gamelan) dan karena memiliki bentuk yang hampir mirip sehingga mungkin ini merupakan asal-usul nama “dorayaki”.
Menurut legenda, Dorayaki pertama kali dibuat ketika seorang samurai bernama Benkei terlupa membawa “gong” (dora) yang tertinggal di rumah seorang petani di mana dia bersembunyi dan petani tersebut menggunakan “gong” untuk menggoreng pancake, sehingga diberinama Dorayaki.
Buat kalian yang penasaran dan ingin mencoba membuat kue lezat ini, ada resep yang bisa kalian gunakan sebagai acuan dalam pembuatannya.

DORAYAKI (oleh Bogasari )
Bahan dan Bumbu :
- 3 butir telur ayam
- 150 gram gula pasir
- 80 gram air
- 150 gram terigu Kunci Biru
- 1/2 sendok teh soda kue
- 1/2 sendok teh vanille
Cara Memasak :
- Telur dan gula dikocok sampai mekar.
- Masukkan air sedikit demi sedikit.
- Campur terigu, soda kue dan vanille, lalu masukkan ke dalam kocokan telur.
- Panggang di cetakan kue lumpur sampai matang.
- Setelah matang ambil dua buah kue, tengahnya isi dengan coklat, selai
strawberry sesuai selera.
Baca Selengkapnya..

posted under | 0 Comments

chanoyu


UPACARA minum teh Jepang atau chanoyu adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Pada zaman dulu disebut chat atau cha ...
no yu.
Sementara upacara minum teh yang diadakan di luar ruangan disebut nodate. Teh disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami seni upacara minum teh dan dinikmati sekelompok tamu di ruangan khusus untuk minum teh yang disebut chashitsu.
Tuan rumah juga bertanggung jawab dalam mempersiapkan situasi yang menyenangkan untuk tamu seperti memilih lukisan dinding (kakejiku), bunga (chabana), dan mangkuk keramik yang sesuai dengan musim dan status tamu yang diundang.
Teh bukan cuma dituang dengan air panas dan diminum, tapi sebagai seni dalam arti luas. Upacara minum teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup antara lain tujuan hidup, cara berpikir, dan agama.
Seni upacara minum teh memerlukan pendalaman selama bertahun-tahun dengan penyempurnaan yang berlangsung seumur hidup. Tamu yang diundang secara formal untuk upacara minum teh juga harus mempelajari tata krama, kebiasaan, basa basi, etiket meminum teh, dan menikmati makanan kecil yang dihidangkan.
Pada umumnya upacara minum teh menggunakan teh bubuk matcha yang dibuat dari teh hijau yang digiling halus. Upacara minum teh menggunakan matcha disebut matchad, sedangkan bila menggunakan teh hijau jenis sencha disebut senchad.
Dalam percakapan sehari-hari di Jepang, upacara minum teh cukup disebut sebagai ocha (teh). Istilah ocha no keiko bisa berarti belajar mempraktikkan tata krama penyajian teh atau belajar etiket sebagai tamu dalam upacara minum teh. Tea ceremony di Jepang dan di China sangat berbeda sekali.
Cara minum teh di Jepang sudah ditentukan sejak beberapa ratus tahun dan tidak pernah diubah atau diperbaiki. Teh yang dipakai juga sangat berlainan dengan teh yang dipergunakan di China dan yang diminum atau dimakan juga sangat berlainan.
Teh jepang yang dipergunakan untuk upacara minum teh adalah teh tipe sinensis yang begitu dipetik langsung dikeringkan dan digiling jadi bubuk dan harus disimpan di dalam vacuum jika ingin tahan lama. Kue yang disuguhkan di samping teh saat upacara minum teh disebut Chakaiseki.
Baca Selengkapnya..

posted under | 0 Comments

Sashimi


Sashimi adalah makanan Jepang berupa makanan laut dengan kesegaran prima yang langsung dimakan dalam keadaan mentah bersama penyedap seperti kecap asin, parutan jahe, dan wasabi.
Makanan laut segar seperti ikan, kerang, dan udang karang ...
dihidangkan dalam bentuk irisan kecil yang mudah dimakan, sedang udang berukuran kecil ada yang hanya dikupas kulit dan dibuang kepalanya saja.
Tsuma adalah sebutan untuk bahan makanan penyerta yang bisa berupa lobak yang dipotong panjang-panjang dengan ukuran sangat halus, daun berwarna hijau yang disebut Oba (Aojizo), atau rumput laut seperti Wakame dan Tosakanori.
Sashimi juga berarti menikmati sesuatu dalam keadaan mentah, mulai dari potongan mentah daging Kuda (Basashi), daging ayam (Torisashi), hati ayam atau hati sapi, sampai pada potongan Konnyaku dan kembang tahu yang disebut Yuba.
Di daerah Kansai, sashimi lebih dikenal dengan sebutan O-tsukuri.
Sushi adalah makanan Jepang yang terdiri dari nasi yang dibentuk bersama lauk (neta) berupa makanan laut, daging, ssayuran mentah atau sudah dimasak. Nasi sushi mempunyai rasa masam yang lembut karena dibumbui campuran cuka beras, garam, dan gula.
Asal-usul kata sushi adalah kata sifat untuk rasa masam yang ditulis dengan huruf kanji sushi. Pada awalnya, sushi yang ditulis dengan huruf kanji merupakan istilah untuk salah satu jenis pengawetan ikan disebut gyoshō yang membaluri ikan dengan garam dapur, bubuk ragi atau ampas sake. Penulisan sushi menggunakan huruf kanji yang dimulai pada zaman Edo periode pertengahan merupakan cara penulisan ateji (menulis dengan huruf kanji lain yang berbunyi yang sama).
Baca Selengkapnya..

posted under | 0 Comments

Yukata

Yukata adalah jenis kimono nonformal Jepang yang dibuat dari bahan kain katun tipis tanpa pelapis. Secara harfiah istilah Yukata berarti: baju sesudah mandi. Dipakai untuk kesempatan santai di musim panas (natsu). Yukata dibuat dari bahan katun yang mudah dilewati angin, agar badan menjadi sejuk di sore hari atau ...
sesudah mandi malam dengan air panas di Jepang.
Istilah Yukata ini lahir sejak sekitar zaman Azuchi-Momoyama. Bermula dari pakaian yang dipakai sesudah mandi yang disebut Yukatabira. Di zaman Edo, Yukatabira menjadi sangat populer di kalangan rakyat dan namanya disingkat menjadi Yukata saja. Pada zaman dahulu, memakai Yukata untuk bertemu dengan orang lain dianggap sangat tidak sopan, mengingat fungsi Yukata yang cuma sebagai pakaian tidur. Namun sekarang, Yukata dapat dikenakan kapanpun atau saat pergi kemanapun. Malah pakaian ini menjadi pakaian utama yang dikenakan saat melihat Hanabi Matsuri (Festival kembang api). Jika terlihat banyak perempuan memakai Yukata di musim panas (natsu), berarti tidak jauh dari tempat itu ada festival kembang api.
Yukata umumnya dibuat dari kain katun walaupun sekarang banyak yang dibuat dari bahan campuran, misalnya katun bercampur polyester. Yukata untuk laki-laki biasanya terbuat dari bahan dengan warna dasar gelap (seperti hitam, biru tua, ungu tua) dengan corak garis-garis warna gelap. Sedangkan Yukata untuk wanita biasanya terbuat dari bahan dengan warna dasar cerah atau warna pastel dengan corak beraneka warna yang cerah. Corak-corak kain yang populer untuk Yukata wanita adalah bunga Sakura, bunga Krisan, Poppy, bunga-bunga yang mekar di musim panas.
Perbedaan Kimono dan Yukata:
1. Berbeda dengan Kimono yang sering disebut orang Jepang sebagai Gofuku atau Wafuku dan hanya dipakai pada kesempatan formal, Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti: berjalan-jalan melihat pesta kembang api, melihat festival musim panas (matsuri), atau menari di saat perayaan Obon (festival menyambut arwah).
2. Kimono yang harganya sangat mahal hingga luar biasa mahal, harga Yukata umumnya terjangkau oleh semua orang.
3. Kimono jadi yang hampir-hampir tidak ada toko yang mau menjualnya, di toko pakaian banyak dijual Yukata yang sudah jadi dengan beraneka ukuran dengan harga terjangkau
4. Kimono yang menurut ukuran lebar lengannya dapat diketahui status seorang wanita (sudah menikah atau masih gadis), Yukata dapat dipakai oleh siapa saja tanpa mengenal status.
5. Kimono yang pemakainya diwajibkan memakai pakaian dalam sebanyak 2 lapis (Hadajuban dan Juban), perempuan yang memakai Yukata hanya diharuskan pakaian dalam lapis pertama (Hadajuban).

Sama halnya dengan Kimono, agar Yukata terlihat bagus sewaktu dipakai, maka yang dipakai haruslah Yukata yang sesuai ukuran badan si pemakai. Jika Yukata yang anda kenakan ingin terlihat bagus dan pas di badan, Yukata yang anda kenakan haruslah Yukata yang dijahit sesuai dengan ukuran badan anda (order made).

Urutan agar pemakaian Yukata tampak bagus dan rapi:

1. Jika ingin mengenakan Yukata secara benar, dianjurkan untuk mengenakan Susoyoke, yakni berupa rok dalam panjang yang bisa berwarna putih polos atau bercorak dengan warna cerah. Jika tidak mau memakai atau tidak mempunyai Susoyoke juga tidak apa-apa.
2. Memakai pakaian dalam yang disebut Hadajuban dan mengencangkan tali pengikatnya.
3. Memakai Yukata. Panjang Yukata selalu melebihi panjang yang dibutuhkan si pemakai sehingga kain Yukata yang panjangnya berlebih harus diangkat sedikit ke bagian pinggang dan dikencangkan dengan menggunakan Koshihimo (sabuk pinggang dari kain)
4. Merapikan Bagian-bagian Yukata yang sedikit longgar di badan ke arah perut dan
mengencangkannya dengan kain sabuk pengikat yang disebut Datejime
5. Mengencangkan Yukata dengan melilitkan dan mengikatkan Obi.

Obi adalah kain yang dililitkan di pinggang, yang panjangnya sekitar 4 sampai 5 meter. Lebar Obi yang digunakan untuk Yukata adalah setengah dari lebar Obi yang digunakan untuk memakai Kimono. Ada banyak jenis simpul yang digunakan untuk pada saat mengikat Obi. Simpul Obi yang paling populer adalah simpul Bunko yang berbentuk seperti kupu-kupu. Jika belum dapat membuat simpul Obi sendiri, anda dapat membeli simpul Obi yang sudah jadi di toko dan tinggal menyisipkannya ke dalam Obi anda.
Yukata juga digunakan oleh aktor Kabuki di saat bermake-up atau peran yang mengharuskan aktor Kabuki memakai Yukata. Pegulat Sumo juga memakai Yukata sebelum dan sesudah bertanding. Begitupula penari tradisional Jepang (Nihon Buyou) mengenakan Yukata sebagai pengganti Kimono sewaktu belajar menari agar Kimono yang harganya mahal tidak menjadi basah karena keringat.
Saat ini, toko-toko di Jepang sudah mulai terlihat memajang beberapa Yukata dengan aneka corak warna dengan harga terjangkau. Tanda musim panas segera tiba.
Baca Selengkapnya..

posted under | 0 Comments

Origami

Origami adalah sebuah seni lipat yang berasal dari Jepang. Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi. Sebuah hasil origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan...
halus pada pandangan.

Origami merupakan satu kesenian melipat kertas yang dipercayai bermula semenjak kertas mula diperkenalkan pada abad pertama di Tiongkok pada tahun 105 oleh seorang Tiongkok dikasi yang bernama Ts'ai Lun.

Pembuatan kertas dari potongan kecil tumbuhan dan kain berkualitas rendah meningkatkan produksi kertas. Contoh-contoh awal origami yang berasal daripada Republik Rakyat Tiongkok adalah tongkang Tiongkok dan kotak.

Pada abad ke-6, cara pembuatan kertas kemudian dibawa ke Spanyol oleh orang-orang Arab. Pada tahun 610 di masa pemerintahan kaisar wanita Suiko (zaman Asuka), seorang biksu Buddha bernama Donchō (Dokyo) yang berasal dari Goguryeo (semenanjung Korea) datang ke Jepang memperkenalkan cara pembuatan kertas dan tinta.

Origami pun menjadi populer di kalangan orang Jepang sampai sekarang terutama dengan kertas lokal Jepang yang disebut Washi.

Washi (和紙, Washi?) atau Wagami adalah sejenis kertas yang dibuat dengan metode tradisional di Jepang. Washi dianggap mempunyai tekstur yang indah, tipis tapi kuat dan tahan lama jika dibandingkan dengan jenis kertas lain.

Produksi washi sering tidak dapat memenuhi permintaan konsumen sehingga berharga mahal. Di Jepang, washi digunakan dalam berbagai jenis benda kerajinan dan seni seperti Origami, Shodō dan Ukiyo-e. Washi juga digunakan sebagai hiasan dalam agama Shinto, bahan pembuatan patung Buddha, bahan mebel, alas sashimi dalam kemasan, bahan perlengkapan tidur, bahan pakaian seperti kimono, serta bahan interior rumah dan pelapis pintu dorong.

Di Jepang, washi juga merupakan bahan uang kertas sehingga uang kertas yen terkenal kuat dan tidak mudah lusuh.
Baca Selengkapnya..

posted under | 0 Comments

Cosplay

Cosplay (コスプレ Kosupure?) adalah istilah bahasa Inggris buatan Jepang (wasei-eigo) yang berasal dari gabungan kata "costume" (kostum) dan "play" (bermain). Cosplay berarti

hobi mengenakan pakaian beserta aksesori dan rias wajah seperti yang dikenakan tokoh-tokoh dalam anime, manga, manhwa, dongeng, permainan video, penyanyi dan musisi idola, dan kartun Nickelodeon. Pelaku cosplay disebut cosplayer, Di kalangan penggemar, cosplayer juga disingkat sebagai layer.

Di Jepang, peserta cosplay bisa dijumpai dalam acara yang diadakan perkumpulan sesama penggemar (dōjin circle), seperti Comic Market, atau menghadiri konser dari grup musik yang bergenre visual kei. Penggemar cosplay termasuk cosplayer maupun bukan cosplayer sudah tersebar di seluruh penjuru dunia, yaitu Amerika, RRC, Eropa, Filipina, maupun Indonesia.
Sejarah
Sejak paruh kedua tahun 1960-an, penggemar cerita dan film fiksi ilmiah di Amerika Serikat sering mengadakan konvensi fiksi ilmiah. Peserta konvensi mengenakan kostum seperti yang yang dikenakan tokoh-tokoh film fiksi ilmiah seperti Star Trek. Budaya Amerika Serikat sejak dulu mengenal bentuk-bentuk pesta topeng (masquerade) seperti dalam perayaan Haloween dan Paskah.[1]
Tradisi penyelenggaraan konvensi fiksi ilmiah sampai ke Jepang pada dekade 1970-an dalam bentuk acara peragaan kostum (costume show).[2] Di Jepang, peragaan "cosplay" pertama kali dilangsungkan tahun 1978 di Ashinoko, Prefektur Kanagawa dalam bentuk pesta topeng konvensi fiksi ilmiah Nihon SF Taikai ke-17. Kritikus fiksi ilmiah Mari Kotani menghadiri konvensi dengan mengenakan kostum seperti tokoh dalam gambar sampul cerita A Fighting Man of Mars karya Edgar Rice Burroughs. Tidak hanya Mari Kotani menghadiri Nihon SF Taikai sambil ber-cosplay. Direktur perusahaan animasi Gainax, Yasuhiro Takeda memakai kostum tokoh Star Wars.[2]
Pada waktu itu, peserta konvensi menyangka Mari Kotani mengenakan kostum tokoh manga Triton of the Sea karya Osamu Tezuka. Kotani sendiri tidak berusaha keras membantahnya, sehingga media massa sering menulis kostum Triton of the Sea sebagai kostum cosplay pertama yang dikenakan di Jepang. Selanjutnya, kontes cosplay dijadikan acara tetap sejak Nihon SF Taikai ke-19 tahun 1980. Peserta mengenakan kostum Superman, Atom Boy, serta tokoh dalam Toki o Kakeru Shōjo dan film Virus.[3] Selain di Comic Market, acara cosplay menjadi semakin sering diadakan dalam acara pameran dōjinshi dan pertemuan penggemar fiksi ilmiah di Jepang.
Majalah anime di Jepang sedikit demi sedikit mulai memuat berita tentang acara cosplay di pameran dan penjualan terbitan dōjinshi. Liputan besar-besaran pertama kali dilakukan majalah Fanroad edisi perdana bulan Agustus 1980. Edisi tersebut memuat berita khusus tentang munculnya kelompok anak muda yang disebut "Tominoko-zoku" ber-cosplay di kawasan Harajuku dengan mengenakan kostum baju bergerak Gundam. Kelompok "Tominoko-zoku" dikabarkan muncul sebagai tandingan bagi Takenoko-zoku (kelompok anak muda berpakaian aneh yang waktu itu meramaikan kawasan Harajuku). Istilah "Tominoko-zoku" diambil dari nama sutradara film animasi Gundam, Yoshiyuki Tomino, dan sekaligus merupakan parodi dari istilah Takenoko-zoku. Foto peserta cosplay yang menari-nari sambil mengenakan kostum robot Gundam juga ikut dimuat. Walaupun sebenarnya artikel tentang Tominoko-zoku hanya dimaksudkan untuk mencari sensasi, artikel tersebut berhasil menjadikan "cosplay" sebagai istilah umum di kalangan penggemar anime.
Sebelum istilah cosplay digunakan oleh media massa elektronik, asisten penyiar Minky Yasu sudah sering melakukan cosplay. Kostum tokoh Minky Momo sering dikenakan Minky Yasu dalam acara temu darat mami no RADI-karu communication yang disiarkan antara lain oleh Radio Tōkai sejak tahun 1984. Selanjutnya, acara radio yang sama mulai mengadakan kontes cosplay. Dari tahun 1989 hingga 1995, di tv asahi ditayangkan ranking kostum cosplay yang sedang populer dalam acara Hanakin Data Land.
Sekitar tahun 1985, hobi cosplay semakin meluas di Jepang karena cosplay telah menjadi sesuatu hal yang mudah dilakukan. Pada waktu itu kebetulan tokoh Kapten Tsubasa sedang populer, dan hanya dengan kaus T-shirt pemain bola Kapten Tsubasa, orang sudah bisa "ber-cosplay". Kegiatan cosplay dikabarkan mulai menjadi kegiatan berkelompok sejak tahun 1986. Sejak itu pula mulai bermunculan fotografer amatir (disebut kamera-kozō) yang senang memotret kegiatan cosplay.
Baca Selengkapnya..

posted under | 0 Comments

Kimono


Kimono (着物 ?) adalah pakaian tradisional Jepang. Arti harfiah kimono adalah baju atau sesuatu yang dikenakan (ki berarti pakai, dan mono berarti barang).

Pada zaman sekarang, kimono berbentuk seperti

huruf "T", mirip mantel berlengan panjang dan berkerah. Panjang kimono dibuat hingga ke pergelangan kaki. Wanita mengenakan kimono berbentuk baju terusan, sementara pria mengenakan kimono berbentuk setelan. Kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah bagian kiri. Sabuk kain yang disebut obi dililitkan di bagian perut/pinggang, dan diikat di bagian punggung. Alas kaki sewaktu mengenakan kimono adalah zōri atau geta.

Kimono sekarang ini lebih sering dikenakan wanita pada kesempatan istimewa. Wanita yang belum menikah mengenakan sejenis kimono yang disebut furisode. Ciri khas furisode adalah lengan yang lebarnya hampir menyentuh lantai. Perempuan yang genap berusia 20 tahun mengenakan furisode untuk menghadiri seijin shiki. Pria mengenakan kimono pada pesta pernikahan, upacara minum teh, dan acara formal lainnya. Ketika tampil di luar arena sumo, pesumo profesional diharuskan mengenakan kimono. Anak-anak mengenakan kimono ketika menghadiri perayaan Shichi-Go-San. Selain itu, kimono dikenakan pekerja bidang industri jasa dan pariwisata, pelayan wanita rumah makan tradisional (ryōtei) dan pegawai penginapan tradisional (ryokan).

Pakaian pengantin wanita tradisional Jepang (hanayome ishō) terdiri dari furisode dan uchikake (mantel yang dikenakan di atas furisode). Furisode untuk pengantin wanita berbeda dari furisode untuk wanita muda yang belum menikah. Bahan untuk furisode pengantin diberi motif yang dipercaya mengundang keberuntungan, seperti gambar burung jenjang. Warna furisode pengantin juga lebih cerah dibandingkan furisode biasa. Shiromukufurisode berwarna putih bersih dengan motif tenunan yang juga berwarna putih. adalah sebutan untuk baju pengantin wanita tradisional berupa

Sebagai pembeda dari pakaian Barat (yōfuku) yang dikenal sejak zaman Meiji, orang Jepang menyebut pakaian tradisional Jepang sebagai wafuku (和服 ?, pakaian Jepang). Sebelum dikenalnya pakaian Barat, semua pakaian yang dipakai orang Jepang disebut kimono. Sebutan lain untuk kimono adalah gofuku (呉服 ?). Istilah gofukuDong Wu (bahasa Jepang : negara Go) yang tiba di Jepang dari daratan Cina. mulanya dipakai untuk menyebut pakaian orang negara
Kimono wanita

Kurotomesode dengan 5 buah lambang keluarga

Pemilihan jenis kimono yang tepat memerlukan pengetahuan mengenai simbolisme dan isyarat terselubung yang dikandung masing-masing jenis kimono. Tingkat formalitas kimono wanita ditentukan oleh pola tenunan dan warna, mulai dari kimono paling formal hingga kimono santai. Berdasarkan jenis kimono yang dipakai, kimono bisa menunjukkan umur pemakai, status perkawinan, dan tingkat formalitas dari acara yang dihadiri.

* Kurotomesode

Tomesode adalah kimono paling formal untuk wanita yang sudah menikah. Bila berwarna hitam, kimono jenis ini disebut kurotomesode (arti harfiah: tomesode hitam). Kurotomesode memiliki lambang keluarga (kamon) di tiga tempat: 1 di punggung, 2 di dada bagian atas (kanan/kiri), dan 2 bagian belakang lengan (kanan/kiri). Ciri khas kurotomesode adalah motif indah pada suso (bagian bawah sekitar kaki) depan dan belakang. Kurotomesode dipakai untuk menghadiri resepsi pernikahan dan acara-acara yang sangat resmi.

Gadis mengenakan furisode

* Irotomesode

Tomesode yang dibuat dari kain berwarna disebut irotomesode (arti harfiah: tomesode berwarna). Bergantung kepada tingkat formalitas acara, pemakai bisa memilih jumlah lambang keluarga pada kain kimono, mulai dari satu, tiga, hingga lima buah untuk acara yang sangat formal. Kimono jenis ini dipakai oleh wanita dewasa yang sudah/belum menikah. Kimono jenis irotomesode dipakai untuk menghadiri acara yang tidak memperbolehkan tamu untuk datang memakai kurotomesode, misalnya resepsi di istana kaisar. Sama halnya seperti kurotomesode, ciri khas irotomesode adalah motif indah pada suso.

* Furisode

Furisode adalah kimono paling formal untuk wanita muda yang belum menikah. Bahan berwarna-warni cerah dengan motif mencolok di seluruh bagian kain. Ciri khas furisode adalah bagian lengan yang sangat lebar dan menjuntai ke bawah. Furisode dikenakan sewaktu menghadiri upacara seijin shiki, menghadiri resepsi pernikahan teman, upacara wisuda, atau hatsumode. Pakaian pengantin wanita yang disebut hanayome ishō termasuk salah satu jenis furisode.

* Homongi

Hōmon-gi (訪問着 ?, arti harfiah: baju untuk berkunjung) adalah kimono formal untuk wanita, sudah menikah atau belum menikah. Pemakainya bebas memilih untuk memakai bahan yang bergambar lambang keluarga atau tidak. Ciri khas homongi adalah motif di seluruh bagian kain, depan dan belakang. Homongi dipakai sewaktu menjadi tamu resepsi pernikahan, upacara minum teh, atau merayakan tahun baru.

* Iromuji

Iromuji adalah kimono semiformal, namun bisa dijadikan kimono formal bila iromuji tersebut memiliki lambang keluarga (kamon). Sesuai dengan tingkat formalitas kimono, lambang keluarga bisa terdapat 1, 3, atau 5 tempat (bagian punggung, bagian lengan, dan bagian dada). Iromoji dibuat dari bahan tidak bermotif dan bahan-bahan berwarna lembut, merah jambu, biru muda, atau kuning muda atau warna-warna lembut. Iromuji dengan lambang keluarga di 5 tempat dapat dikenakan untuk menghadiri pesta pernikahan. Bila menghadiri upacara minum teh, cukup dipakai iromuji dengan satu lambang keluarga.

* Tsukesage

Tsukesage adalah kimono semiformal untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Menurut tingkatan formalitas, kedudukan tsukesage hanya setingkat dibawah homongi. Kimono jenis ini tidak memiliki lambang keluarga. Tsukesage dikenakan untuk menghadiri upacara minum teh yang tidak begitu resmi, pesta pernikahan, pesta resmi, atau merayakan tahun baru.

* Komon

Komon adalah kimono santai untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Ciri khas kimono jenis ini adalah motif sederhana dan berukuran kecil-kecil yang berulang. Komon dikenakan untuk menghadiri pesta reuni, makan malam, bertemu dengan teman-teman, atau menonton pertunjukan di gedung.

* Tsumugi

Tsumugi adalah kimono santai untuk dikenakan sehari-hari di rumah oleh wanita yang sudah atau belum menikah. Walaupun demikian, kimono jenis ini boleh dikenakan untuk keluar rumah seperti ketika berbelanja dan berjalan-jalan. Bahan yang dipakai adalah kain hasil tenunan sederhana dari benang katun atau benang sutra kelas rendah yang tebal dan kasar. Kimono jenis ini tahan lama, dan dulunya dikenakan untuk bekerja di ladang.

* Yukata

Yukata adalah kimono santai yang dibuat dari kain katun tipis tanpa pelapis untuk kesempatan santai di musim panas.
Kimono pria

Kimono pria dibuat dari bahan berwarna gelap seperti hijau tua, coklat tua, biru tua, dan hitam.

* Kimono paling formal berupa setelan montsuki hitam dengan hakama dan haori

Bagian punggung montsuki dihiasi lambang keluarga pemakai. Setelan montsuki yang dikenakan bersama hakama dan haori merupakan busana pengantin pria tradisional. Setelan ini hanya dikenakan sewaktu menghadiri upacara sangat resmi, misalnya resepsi pemberian penghargaan dari kaisar/pemerintah atau seijin shiki.

* Kimono santai kinagashi

Pria mengenakan kinagashi sebagai pakaian sehari-hari atau ketika keluar rumah pada kesempatan tidak resmi. Aktor kabuki mengenakannya ketika berlatih. Kimono jenis ini tidak dihiasi dengan lambang keluarga.
Baca Selengkapnya..

posted under | 0 Comments

Ikebana


Ikébana (生花 ?) adalah seni merangkai bunga yang memanfaatkan berbagai jenis bunga, rumput-rumputan dan tanaman dengan tujuan untuk dinikmati keindahannya. Ikebana berasal dari Jepang tapi telah meluas ke seluruh dunia. Dalam bahasa Jepang, Ikebana juga dikenal dengan

istilah kadō (華道 ?, ka, bunga; do, jalan kehidupan) yang lebih menekankan pada aspek seni untuk mencapai kesempurnaan dalam merangkai bunga.

Di dalam Ikebana terdapat berbagai macam aliran yang masing-masing mempunyai cara tersendiri dalam merangkai berbagai jenis bunga. Aliran tertentu mengharuskan orang melihat rangkaian bunga tepat dari bagian depan, sedangkan aliran lain mengharuskan orang melihat rangkaian bunga yang berbentuk tiga dimensi sebagai benda dua dimensi saja.

Pada umumnya, bunga yang dirangkai dengan teknik merangkai dari Barat (flower arrangement) terlihat sama indahnya dari berbagai sudut pandang secara tiga dimensi dan tidak perlu harus dilihat dari bagian depan.

Berbeda dengan seni merangkai bunga dari Barat yang bersifat dekoratif, Ikebana berusaha menciptakan harmoni dalam bentuk linier, ritme dan warna. Ikebana tidak mementingkan keindahan bunga tapi pada aspek pengaturannya menurut garis linier. Bentuk-bentuk dalam Ikebana didasarkan tiga titik yang mewakili langit, bumi, dan manusia.
Asal-usul

Asal-usul Ikebana adalah tradisi mempersembahkan bunga di kuil Buddha di Jepang. Ikebana berkembang bersamaan dengan perkembangan agama Buddha di Jepang di abad ke-6.

Ada penelitian yang mengatakan Ikebana berasal dari tradisi animisme orang zaman kuno yang menyusun kembali tanaman yang sudah dipetik dari alam sesuai dengan keinginannya. Di zaman kuno, manusia merasakan keanehan yang terdapat pada tanaman dan mengganggapnya sebagai suatu misteri. Berbeda dengan binatang yang langsung mati setelah diburu, bunga atau bagian tanaman yang sudah dipetik dari alam bila diperlakukan dengan benar tetap mempertahankan kesegaran sama seperti sewaktu masih berada di alam. Manusia yang senang melihat "keanehan" yang terjadi kemudian memasukkan bunga atau bagian tanaman yang sudah dipotong ke dalam vas bunga. Manusia zaman kuno lalu merasa puas karena menganggap dirinya sudah berhasil mengendalikan peristiwa alam yang sebelumnya tidak bisa dikendalikan oleh manusia.

Ketakjuban manusia terhadap tumbuhan yang dianggap mempunyai kekuatan aneh juga berkaitan dengan pemujaan tanaman yang selalu berdaun hijau sepanjang tahun (evergreen). Manusia zaman dulu yang tinggal di negeri empat musim percaya bahwa kekuatan misterius para dewa menyebabkan tanaman selalu berdaun hijau sepanjang tahun dan tidak merontokkan daunnya di musim dingin.

Gaya Rangkaian dalam Ikebana

Ada 3 gaya dalam Ikebana, yaitu : rikka, shoka dan jiyuka.

Rikka (Standing Flower)adalah ikebana gaya tradisional yang banyak dipergunakan untuk perayaan keagamaan. Gaya ini menampilkan keindahan landscape tanaman. Gaya ini berkembang sekitar awal abad 16. Ada 7 keutamaan dalam rangkaian gaya Rikka, yaitu : shin, shin-kakushi, soe, soe-uke, mikoshi, nagashi dan maeoki

Shoka adalah rangkaian ikebana yang tidak terlalu formal tapi masih tradisional. Gaya ini difokuskan pada bentuk asli tumbuhan. Ada 3 unsur utama dalam gaya Shoka yaitu : shin, soe, dan tai. Sesuai dengan perkembangan zaman, sesudah Restorasi Meiji 1868, gaya ini lebih berkembang karena adanya pengaruh Eropa Nageire arti bebasnya “dimasukan” (rangkaian dengan vas tinggi dengan rangkaian hampir bebas)dan Moribana. rangkaian menggunakan wadah rendah dan mulut lebar). Lalu pada tahun 1977 lahir gaya baru yaitu Shoka Shimputai, yang lebih modern, terdiri dari 2 unsur utama yaitu shu dan yo, dan unsur pelengkapnya, ashirai.

Jiyuka adalah rangkaian Ikebana bersifat bebas dimana rangkaiannya berdasarkan kreativitas serta imaginasi. Gaya ini berkembang setelah perang dunia ke-2. Dalam rangkaian ini kita dapat mempergunakan kawat,logam dan batu secara menonjol.

Baca Selengkapnya..

posted under | 0 Comments
Postingan Lebih Baru Beranda
Powered By Blogger

    caRi bLoG apHa ??

    pEnGunJunG

    WelLcomE ! Kebanggaan yang Luar biaSa buaT saYa aTas KunjunGan anDa di Blok iNi. sEmoGa bLoG iNi beRmanfaaT baGi paRa pEngunJunG.. JanGan boSan-boSaN unTuK menGunjunGi bLog iNi.aRiGaTo GoZaimaS..

    SeKaRanG Jam ..

Daftar Blog Saya

CoRaT - coReT

pHidEoQuwH

About Me

Foto saya
HolLa KawanD,, Hidup tanPa masaLaH buKanD HiduP naManYa, maSaLaH aDaLaH uJianD daRi AllaH unTuK Kita BiaR LebiH menYuKuRi seGaLa KeLebiHan YanG tELaH DianuGeRaHKan-Nya buaT hiDuP kiTa,, AriGaTo GozaimaS to Allah SWT,,

Followers


Recent Comments